Two Queens of Baghdad: Kisah Dua Wanita Hebat dalam Hidup Harun ar-Rasyid
Di balik lelaki hebat, terdapat wanita yang tak kalah hebatnya. Begitu pula yang berlaku dalam hidup Harun ar-Rayid, khalifah kelima kekhalifahan Abbasiyah. Di balik sosok yang berhasil membawa Islam ke masa keemasannya ini, terdapat dua wanita yang mendukungnya—sang ibu Khaizuran dan sang istri Zubaidah.
Khaizuran memulai kisahnya dengan status hamba sahaya asal Yaman. Ia mulai mengenal khalifah dan kerabatnya setelah dibeli dan dibawa ke istana. Meskipun berstatus budak, ia tumbuh menjadi wanita yang cerdas karena diberi kesempatan untuk mengasah keterampilan dan menimba ilmu. Berkat kecerdasan dan kegigihannya, Khaizuran mampu menanggalkan status budak dan menjadi tokoh penting di kekhalifahan. Dengan statusnya yang baru, ia menjadi ibu bagi dua khalifah berikutnya dan memiliki andil yang cukup besar dalam melindungi kekaisaran dan penerus tahta.
Berbeda dengan Khaizuran yang memulai kisahnya dari bawah hingga takdir menuntunnya ke istana, Zubaidah memulai kisahnya dari dalam kemegahan istana. Namun, keadaan tersebut tak membuatnya sombong. Sebaliknya, ia dikenal sebagai wanita yang taat beragama dan dermawan. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Zubaidah memanfaatkan posisinya sebagai ratu untuk beramal.
Kehadiran Khaizuran dan Zubaidah menambah panjang daftar wanita muslimah inspiratif yang patut kita kenal dan teladani. Peran kedua ratu ini, baik secara politik maupun domestik, mencerminkan serta melanjutkan perkembangan posisi perempuan dalam sejarah Islam awal, seperti halnya Khadijah—istri pertama Nabi Muhammad Saw.—yang sepenuhnya menjadi pendukung setia Nabi Saw.
Melalui buku ini, kisah kedua ratu tersebut disampaikan secara lebih utuh. Nabia Abbott, sang penulis, merangkai dengan baik catatan-catatan sejarah kekhalifahan Abbasiyah, khususnya mengenai silsilah para khalifah dan sepak terjang dua ratu yang meninggalkan jejak mereka pada periode kunci sejarah Islam. (IG)