The Rent Collector: Kisah Nyata dari Pusat Pembuangan Sampah
Tak jarang, kita lupa bahwa sesederhana menghirup udara tak berbau busuk di rumah adalah hal yang perlu disyukuri karena tidak semua orang dapat menikmati kemewahan itu. Di antara kita, ada orang-orang yang terpaksa tinggal dan mencari rezeki untuk sekadar mengganjal perut hari ini di tempat pembuangan akhir sampah, seperti orang-orang yang dihadirkan di dalam buku The Rent Collector.
Sang Ly, tokoh utama The Rent Collector, adalah tokoh nyata yang tinggal di tempat pembuangan akhir sampah, Stung Meanchey, di Kamboja. Ia adalah seorang ibu muda yang terpaksa “bekerja” dan tinggal di tempat itu bersama suaminya, Ki Lim, dan putra semata wayang mereka, Nisay, yang baru berusia satu tahun.
Menjalani kehidupan di pusat pembuangan sampah tentu tidak mudah. Tidak hanya harus menghirup udara tak sedap yang menguar dari banyak gunungan sampah busuk setiap detiknya, para penghuni Stung Meanchey juga harus berhadapan dengan sekelompok preman yang tak ragu untuk melukai ataupun menghabisi nyawa korbannya. Di tengah kerasnya kehidupan di tempat yang tak layak huni itu, Sang Ly dan suaminya tetap diwajibkan membayar sewa atas area yang mereka tempati.
Suatu hari Ki Lim membawa pulang sebuah buku dari tumpukan sampah. Berkat penemuan itu, keinginan Sang Ly untuk melek aksara timbul. Sang Ly berharap keterampilan membaca dapat membawa keluarga kecilnya keluar dari Stung Meanchey dan memberikan kehidupan yang lebih layak bagi sang anak.
Langkah pertama Sang Ly untuk mewujudkan keinginannya adalah mencari guru untuk mendampinginya belajar membaca. Sayangnya, satu-satunya orang yang ia ketahui dapat membaca di tempat itu adalah si penagih sewa yang bengis. Di sinilah penulis memperlihatkan keteguhan dan semangat Sang Ly untuk memperbaiki nasib demi sang anak.
Dalam novel ini, sang penulis, Camron Wright, tak hanya menampilkan kisah Sang Ly dengan tekadnya untuk mengubah nasib, tetapi juga kisah suram si penagih sewa yang melibatkan sejarah kelam rakyat Kamboja. Bahasan seputar kesusatraan dan fabel yang disisipkan penulis pun menjadi daya tarik dalam novel ini.
Meskipun The Rent Collector termasuk ke dalam kategori fiksi karena memadukan kisah nyata dengan rekaan, tetapi buku ini tetap menarik untuk diikuti, terlebih dengan pesan moral yang penulis sampaikan tentang semangat dan harapan di tengah kesulitan.
Camron Wright tidak melulu menggambarkan Stung Meanchey sebagai tempat menyedihkan di mana para penghuninya terus dihadapkan pada kesulitan dan ketidaknyamanan. Camron mampu menggambarkan dengan baik masa-masa ketika kehidupan di pusat pembuangan ini terasa cukup baik bagi penghuninya, bahkan mendekati indah berkat kebersamaan yang terjalin.
Berkat kelihaian Camron Wright dalam menyuguhkan potret kehidupan nyata di Stung Meanchey dan memadukannya dengan topik kesusastraan dan sejarah kelam rakyat Kamboja, The Rent Collector memenangkan Book of the Year kategori Fiksi dari ForeWord Review dan Best Novel of the Year dari Whitney Award. Novel ini juga menjadi nominasi peraih penghargaan dalam International IMPAC Dublin Literary Award.
Akhir kata, kelihaian penulis dalam membawakan cerita serta pesan kuat yang disajikannya menjadikan novel peraih penghargaan ini layak menempati rak buku Anda. (IG)