Fiksi Sejarah yang Menggetarkan Jiwa dan Menguatkan Iman
“Ketika semua tak bisa bisa lagi seiya sejalan, selalu berpeganglah pada tali Allah. Menang tak harus mengalahkan. Perang besar sejatinya bukan dengan orang lain, melainkan dengan dirimu sendiri.” (hal 75)
Islam pernah mengalami masa kejayaannya saat berhasil menaklukkan Andalusia, Spanyol. Di mana ekpedisi itu dimulai saat Thariq bin Ziyad berhasil menaklukkan Andalusia dari kekuasaan bangsa Visigoth. Sejak itu Islam mengalami perkembangan pesat. Spanyol menjadi pusat peradaban dan pengetahuan. Masjid Mezquita di Cardoba, Kompleks Istana Madina az-Zahra, Istana Al-Hambar, merupakan bukti kejayaan Islam di masa lampau.
Tidak hanya itu, banyak ilmuwan muslim yang lahir pada masa tersebut. Ada Al-Zahrawi sang ahli kedokteran, Ibnu Sina sang filsuf dan ahli Fisika, Al-Zarqali astronomer muslim, dan banyak lagi. Namun setelah Isabella dan Ferdinand berhasil menaklukkan Andalusia, Islam menghadapi masa paling suram dan mencekam.
Novel terbaru karya Hanum dan Rangga mengambil latar cerita saat Islam berada pada masa paling rendah dan suram di Spanyol. Di mana umat Islam harus hidup terusir dari negerinya sendiri. Mereka diancam dan dipaksa untuk meninggalkan Islam jika ingin tetap hidup dan hidup makmur. Uniknya kisah ini dipadukan dengan perjalanan Hanum dan Rangga dalam menelusir jejak sejarah dari penghafal Quran terakhir, Rammar ibnu Baqar. Dari Madina Az Zahra, Qurtoba, lalu Granata, Valencia, dan tempat bersejarah lainnya.
Kisah ini dimulai dengan kedatangan Yaseen Maymir—yang sengaja berkunjung ke Indonesia untuk menemui Hanum dan Rangga. Ia sangat berharap dua penulis itu akan menuliskan kisah sejarah Andalusia yang belum pernah diketahui dunia.
Pada awalnya Hanum sama sekali tidak tertarik. Tetapi setelah mendengar kata “Kiamat di Andalusia” dan “Wasiat”—rasa penasaran Hanum mulai muncul. Bermodal catatan dari Yaseen, ia dan Rangga terbang ke Spanyol untuk menelusuri jejak kejayaan dan kejatuhan Islam di Andalusia. Di mana dalam proses itu kita akan diajak membaca kisah Rammar Ibnu Baqar, penghafal Al-Quran terakhir yang sangat menginspirasi dan memotivasi.
Secara keseluruhan novel ini sangat menarik dan akan membuat kita tersedot pada kisah Rammar yang mendebarkan, juga perjalalan penulis yang menarik dan membuat kita ikut penasaran.
Rammar, pada awalnya hidup bahagia dengan ayah dan ibunya, serta saudara sepupunya—Miriam, mendadak harus kehilangan keluarganya dengan cara yang tragis. Ia tidak lagi melakukan murajaah dengan aman. Ia tidak dapat bermain dengan riang. Selain itu ia harus melihat Al-Quran yang ia cintai dilecehkan—dibakar dan dimusnahkan. Hidupnya yang sekarang penuh dengan amarah dan ketidak berdayaan. Namun Rammar harus bertahan. Ramar juga harus menyelesaikan misi dan teka-teki yang konon diwariskan pada dirinya. “Buatlah teka-teki. Hanya penghafal Qur’an yang bersih, berilmu, dan tegar hatinya, yang bisa memecahkan teka-teki ini.” (hal 114).
Karena itu pula ia tidak boleh gegabah. Ia harus bertindak hati-hati dan cermat. Ia tidak boleh egois, dan mudah diperbudak amarah dan dendam. “Bersikap gegabah adalah sikap syaithan. Sementara sabar adalah rencana matang dari Allah.” (hal 146).
Lalu Ramar juga harus mencari sebuah jawaban, mengapa saat hampir semua keluarganya telah pergi, ia ditakdirkan masih hidup dan melihat kemelut melawan inkuisitor Ximenes de Cisneros, yang kejam dan tidak siap menghalalkan apa pun untuk menjatuhkan lawan.
Setiap membalik lembar halaman, kita akan dibuat tercengang juga berebar, menahan napas untuk mengikuti alur cerita yang dikemas apik oleh penulis. Pemilihan sudut pandang orang ketiga pada kisah Rammar, dan sudut pandang orang pertama bergantian dari sisi Rangga dan Hanum akan membuat kita semangit terseret dengan alur ceritanya yang mereka tulis. Belum lagi mereka menulis novel ini dengan alur maju mundur. Jadi kita akan semakin dibuat penasaran karena akan ada masa jeda, antara kisah Rammar, Hanum dan Rangga. Saat membaca kita memang harus fokus dan menyiapkan ingatan tajam.
Banyak hikmah dan inspirasi yang akan kita tangkap setelah membaca ini. Melalui novel ini kita diajak untuk membaca sejarah Islam dari sudut pandang berbeda. Kita juga dapat belajar tentang hebatnya kekuatan iman, yang mampu membuat seseorang dapat bertahan meski berkali-kali dijatuhkan. Melalui novel ini kita akan melihat cahaya Al-Quran dan rahmat Allah itu bisa datang kepada siapa pun yang ditetapkan Allah. Tak ketinggalan dari novel ini, kita belajar tentang pentingnya sikap sabar, menjauhi dendam, iri dan dengki. Lalu kita pun diajurkan untuk bijak menggunakan lisan. Mengingat lisan itu lebih tajam dan dapat membunuh seseorang melalui kata-katanya.
Sungguh, tidak ada habisnya jika harus mengorek isi dan inspirasi dari buku Sangkala di Langit Andalusia. Bagaimana kisah lengkapnya kita harus membacanya sendiri. Sebagai penutup penulis juga menyisipkan pengetahuan tentang kalimat palindrome, yang artinya sangat menggetarkan hati dan iman.
Srobyong, 16 September 2022
Ratnani Latifah, Penulis lepas asal Jepara
Info Produk
Judul : Sangkakala di Langit Andalusia
Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit : Republika Penerbit
Cetakan : Pertama, Juli 2022
Tebal : 472 halaman
ISBN : 978-623-279-143-5