Ksatria Terakhir, Karya Sastra yang Cocok untuk Anak Senja
Republika Penerbit kembali merilis novel yang mengisahkan ulama terkemuka asal Turki, dikenal sebagai Badiuzzaman, Sang Keajaiban Zaman, Said Nursi. Sebelumnya, lewat goresan tangan Kang Abik, Habiburrahman El Shirazy, kisah Badiuzzaman hadir di novel best seller Api Tauhid. Kali ini, perjalanan hidup Badiuzzaman dituliskan oleh novelis asal Maroko, Farid al-Anshory. Judulnya, Akhirul Fursan, Ksatria Terakhir
Dalam menyusun kisah-kisahnya, Farid al-Anshory memadukan antara gaya fiktif dan non-fiktif. Ia berkeyakinan bahwa cara inilah yang pas untuk menggambarkan Said Nursi.
“Bagi saya, ini adalah cara yang paling layak untuk menggambarkan sosok seperti Badiuzzaman Said Nursi yang kehidupan beliau di sisi lain mirip sebuah cerita fiksi,” aku Farid seperti tercatat dalam pengantar novelnya.
“Novel ini gurih sekali.” Tilai Astri Katrini Alafta yang dengan sangat telaten memastikan terjemahan dalam Bahasa Indonesia karya Farid al-Anshory ini sama indahnya dengan naskah aslinya.
Ya, novel ini ditulis dengan gaya bahasa yang indah. Begitu membaca kisah pertama, kita sudah disuguhkan dengan kalimat-kalimat yang memesona. “Malam itu, Istanbul berada dalam perangkap temaram kegelapan! Terlihat sekawanan ‘hantu malam’ yang datang dengan kezaliman dan mencengkeramkan kukunya di semua sudut, memenuhi segenap penjuru dan jalan raya.”
Di bagian lain Farid al-Anshory menulis, “ Pada saat ini negara-negara Arab sedang mengerang kesakitan, tetapi sayangnya belum menemukan dokter yang tepat untuk meredakan rasa sakit itu. Ah, seandainya mereka dapat berlari kembali pada dekapan ibunda, dan meneduhkan kepala di dadanya, maka akan ditemukan ketentraman iman, sebagai obat penawar dukanya!
Ada banyak lagi kalimat-kalimat indah nan memesona yang bisa kita temukan di novel Ksatria Terakhir. Sebanyak makna dan pelajaran yang bisa kita petik dari tutur dan teladan Badiuzzaman. Buat anak senja, novel ini cocok untuk Anda.