Berawal dari Titik Ba Lahir Ayat-Ayat Cerita (AAC) Membangung Fondasi Sains dan Matematika

Pustaka  

Bermula dari Titik Ba, Melengkapi Matematika Detik

AAC dicetuskan oleh Ustadz Ahmad Thoha Faz sebagai detail-operasional dari karya pertama, yang berjudul Titik Ba: Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan Pembelajaran, yang diterbitkan oleh Mizan pada 200. Karya pemikiran utuh bertema filsafat ilmu tersebut diterbitkan kembali oleh Republika Penerbit pada 2021 dengan subjudul baru yaitu Segalanya Satu, Utuh Tak Terbagi dan Sejatinya Tidak Ada.

Sebelum mencetuskan AAC, sebagai detail-operasional Titik Ba, alumnus Teknik Industri ITB tahun 2005 itu terlebih dahulu menemukan Matematika Detik. Yaitu sebuah karya aplikatif yang mengusung tema bagaimana mengasah intuisi (berpikir cepat) dan mengelola dua detik pertama. Instrumen pertama dari Matematika Detik, yaitu asesmen hitung dasar bernama ToSM (Test of Second Mathematics), telah diperkenalkan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada saat Thoha mengisi pelatihan numerasi di sana, pada 6 April dan 28 Juli 2019. Saat ini telah tersedia dalam bentuk aplikasi digital dan telah diunduh gratis oleh lebih dari 37.500 pengguna ponsel Android.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Cukup lama cetusan ide AAC terbengkalai. Semangat Thoha kembali menyala terang manakala menemukan fakta begitu rendahnya antusiasme pendidikan Islam terhadap matematika khususnya ToSM. “Tidak bisa matematika tidak apa-apa. Tidak masuk neraka. Lebih baik tahfizh Al-Qur’an yang jelas berpahala,” demikian komentar yang sering ditemukan.

Berdasarkan puluhan ribu data yang terhimpun melalui ToSM, baik berupa lembar kerja maupun aplikasi digital, Thoha menemukan bahwa gagap hitung dasar mewabah di mana-mana. “Saya pernah bertanya kepada seorang siswa kelas 12 yang hafizh Al-Qur’an 30 juz. Sebut saja namanya Ali. Berapa 3+7? Setelah lebih dari 10 detik, akhirnya dia menjawab: 11.”

Berdasarkan pengalaman, dengan instrumen ToSM, sebenarnya memberantas gagap hitung tidak perlu memakan waktu lama. Sebagai contoh, setelah bermain ToSM hingga 117 kali dalam satu hari, Ali akhirnya terbebas dari gagap hitung pada operasi tambah.

Bagi siswa kelas 5 ke atas, sebenarnya tidak ada materi hitung dasar yang perlu diajarkan. Satu hal yang perlu dilakukan adalah pembiasaan. Itu yang tidak mudah. Sebab, bersikap konsisten memerlukan adanya motivasi besar.

Bagi bangsa yang religius, tidak ada motivasi yang lebih kuat daripada ajaran agama. Sebagai contoh, Ali dapat bertahan bermain ToSM hingga lebih dari 100 kali setelah diberi motivasi, bahwa kompetensi yang kali pertama ditunjukkan Nabi Adam di hadapan Allah adalah hitung dasar, yaitu tambah-kurang.

Di bawah ini adalah penggalan sebuah hadis yang sering disampaikan Ustadz Thoha:

"رب من هذا ؟"

(Rabb, siapa dia? )

"هذا رجل من اخر الامم من ذريتك يقال له داود "

(Dia seorang pria... yang bernama Dawud)

"رب كم جعلت عمره "

(Rabb, berapa umurnya?)

"ستين سنة "

(Enampuluh tahun)

"رب زده من عمري اربعين سنة "

(Rabb, tambahkan dari umur saya sebanyak 40 tahun)

Abu ‘Isa at-Tirmidzi berkomentar, “Status hadis ini adalah hasan sahih. Dan diriwayatkan lebih dari satu jalur dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadis tentang kompetensi hitung dasar tersebut biasanya disampaikan Ustadz Thoha sebagai penjelas surat Al-Baqarah ayat 30 sampai 33. Pada empat ayat itu jelas terungkap bahwa pemberian sebutan (nama) adalah keunggulan Nabi Adam sehingga terpilih menjadi khalifatullah fil ardh. Setelah di Al-Qur’an berbicara tentang pentingnya sebutan (nama), hadis hitung dasar menjelaskan dan melengkapinya dengan pentingnya bilangan (angka).

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Readezvous adalah ajang kumpul para pecinta buku

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image