Pustaka

Berencana ke Islamic Book Fair 2022? Simak Sejarahnya Dulu, Yuk!

Ayat pertama yang turun adalah perintah membaca. Iqra’! Bacalah! Sebagai umat muslim, kita dianjurkan untuk memaknai secara dalam maksud dari ayat tersebut. Bukan hanya dimaknai secara lisan saja, namun juga perbuatan. Membaca buku, menjadi salah satu cabangnya. Karena dari buku, kita memperkaya ilmu dan literasi tentang dunia. Membuka pandangan kita tentang hal-hal baru yang belum diketahui sebelumnya. Hal inilah yang menjadikan minat baca menjadi hal yang amat krusial untuk selalu diupayakan untuk bisa diperhatikan dan ditingkatkan.

Foto: detik.com
Foto: detik.com

Berawal dari kepedulian IKAPI Jakarta terhadap minat baca masyarakat –khususnya umat Islam, yang rendah, lahirlah Islamic Book Fair (IBF). Dua pameran buku yang sudah ada lebih dulu, Indonesia Book Fair, yang diadakan oleh IKAPI Pusat dan Jakarta Book Fair, yang diadakan oleh IKAPI Jakarta dirasa belum bisa menghadirkan nuansa Islami –seperti yang diungkapkan para penerbit Islam yang tergabung dalam pokja. Meskipun penerbit buku Islami masih terbilang minim, gagasan ini tetap diperjuangkan.

Asal Mula Nama IBF

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebelum resmi disematkan menjadi IBF, banyak usulan nama diberikan. Salah satunya, Pameran Buku Muharram. Tadinya, pameran ini akan dilangsungkan tiap bulan Muharram, bertepatan dengan tahun baru Islam. Namun, setelah dimusyawarahkan bersama, Islamic Book Fair disepakati menjadi tajuk dalam acara ini karena dinilai lebih umum untuk digunakan dan tidak terbatas waktu pelaksanaannya pada tahun baru Islam saja.

Kisah di balik Penyelenggaraan IBF

Tentunya banyak kendala dalam mewujudkan pameran buku Islam pertama ini. Hal ini dikarenakan baru sekitar 75 penerbit saja yang berdiri pada saat itu. Ditakutkan, pengunjung yang hadir kemudian pun juga sedikit. Terlebih dana yang minim dari pemerintah dan sponsor hanya mampu digunakan untuk menyewa bagian luar Istora Senayan saja.

Untuk mengantisipasi minimnya pengunjung yang hadir, setiap panitia berinisiatif untuk menghadirkan anggota majelis taklim untuk datang. Ibu-ibu pengajian ini difasilitasi Metro Mini sewaan untuk datang ke lokasi acara. Sehingga peresmian IBF 2001 oleh Wakil Presiden kala itu, Hamzah Haz menjadi meriah berkat kehadiran para ibu pengajian.

Seiring berjalannya waktu, minat baca umat Islam pun kian bertumbuh. Selaras dengan lahirnya penerbit-penerbit buku Islam baru yang tergabung di IKAPI. Tak berlebihan jika IBF disebut sebagai primadona pameran buku, dibanding pameran buku lainnya. Ia menjadi hari raya para pegiat, maupun pecinta literasi. Tak terbatas dalam tema Islam saja, belakangan buku-buku umum pun turut menyemarakkan stan-stan pameran.

Dalam perjalanannya, IBF dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Istora Senayan dan JCC. Namun perbedaan lokasi yang tidak begitu jauh tak lantas menjadikan para pengunjung melewati kesempatan emas ini. Baik di Istora Senayan maupun di JCC selalu dipadati pengunjung dari berbagai daerah, bahkan negara setiap tahunnya.

Tak lupa, untuk menghargai dan mengapresiasi karya penulis, ilustratior, penerbit, dan mereka yang telah berjuang di balik layar dalam mengusahakan lahirnya buku-buku Islam, diadakanlah semacam awards atau penghargaan. Dari mulai penulis terbaik, illustrator terbaik, design cover terbaik, dan lain sebagainya.

Terakhir dari kami, Bunda dan Ayah yang membawa buah hati tak perlu khawatir jika datang bersama Ananda. Selain parkirnya luas, disediakan pula arena bermain untuk anak-anak. Oh iya, Jangan lupa siapkan amunisi juga ya selama bermain di sana. [KRD]

Berita Terkait

Image

Wow...Buku Romantisme Berhaji dan Romantisme Tanah Suci Punya Soundtrack

Image

Buku Garuda Gaganeswara Masuk Nominasi IBBY International

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Readezvous adalah ajang kumpul para pecinta buku